Saat ini isu-isu terkait integritas sudah menjadi demikian luar biasa, sehingga kebutuhan pemimpin-pemimpin yang dapat menjalankan peran kepemimpinannya dengan integritas tinggi menjadi sangat penting bagi organisasi-organisasi yang ingin maju dan berkembang.
Untuk memimpin dengan integritas tinggi, seorang pemimpin harus memiliki hubungan formal dengan “diri sendiri” (kompas batin), dan terhubung ke masyarakat dalam bertindak secara moral dan etis.
Setidaknya ada 3 (tiga) hal yang harus menjadi perhatian seorang pemimpin untuk dapat melakukan peran kepimpinannya dengan integritas yang tinggi:
NILAI (VALUE).
Pada tingkat personal, integritas pemimpin tergantung pada apakah ada atau tidak pada pribadinya dalam pengambilan keputusan dan tindakan kepemimpinan yang selaras dengan nilai-nilai (value) yang ada pada dirinya. Sebagai seorang pemimpin, tindakan dan reputasinya tidak hanya terkait dengan nilai-nilai pribadinya, mereka juga dibandingkan dengan harapan orang lain.
Umumnya organisasi memiliki pernyataan nilai-nilai, sebagai seorang pemimpin harus mampu memimpin orang lain dalam menyatakan nilai-nilai tersebut, kemudian bagaimana menafsirkannya dan menerapkannya. Ketika nilai-nilai organisasi tidak ada, maka tanggung jawab ini akan jatuh kembali ke pemimpin untuk membimbing orang lain.
ETIKA.
Etika mengacu pada standar yang berdasarkan pada benar dan salah yang menetapkan apa yang manusia harus lakukan. Etika adalah memutuskan apa yang benar (atau lebih tepat) dalam situasi tertentu – menentukan apa yang seharusnya – memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai pribadi seseorang atau organisasi.
Etika adalah standar benar dan salah, baik dan buruk. Etika peduli dengan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi kewajiban moral seseorang. Etika adalah aturan yang mengatur perilaku yang tepat dan merupakan “keharusan” dari perilaku manusia.
Menjadi etis berarti menyeimbangkan kebutuhan individu dengan keseluruhan, atau menyeimbangkan kebutuhan terhadap kepentingan yang lebih besar (Ethical Perspective, John Dalla Costa). Untuk menjadi etis membutuhkan pemenuhan standar minimum kinerja, kehati-hatian, perhatian, dan kemampuan.
Untuk memimpin dengan integritas, maka seorang pemimpin harus memiliki Etika Kepemimpinan yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyampaikan kejujuran dan integritas melalui kata-kata, tindakan, dan menginduksikan karakteristik yang sama kepada bawahannya atau orang lain.
KEKUATAN KARAKTER.
Definisi tentang integritas adalah berkaitan dengan karakter seseorang, yaitu kejujuran dan kebenaran (Wikipedia). Kejujuran sering muncul sebagai salah satu dari “core value” seorang pemimpin, sedangkan “kebenaran” umumnya terkait dengan dimensi etika.
Keberanian yang diperlihatkan dalam membuat keputusan yang seimbang dalam situasi sulit adalah salah satu unsur integritas yang berkaitan dengan kekuatan karakter seseorang.
Situasi yang akan menunjukkan kekuatan karakter dan integritas secara keseluruhan seorang pemimpin adalah saat menghadapi masa krisis dan menghadapi peluang.
Bagaimana seorang pemimpin berbicara kebenaran ketika dalam situasi sulit, dan orang-orang di sekitarnya berada dalam modus “group-think”.
Dan bagaimana seorang pemimpin menanggapi ketika ada tekanan kepadanya untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai dan etika?
Integritas kepemimpinan dalam lingkungan yang dinamis, mengharuskan seorang pemimpin untuk terus-menerus memeriksa dan menentukan apa yang tepat untuk dilakukan dan melakukannya, bahkan ketika situasi atau orang lain mungkin mencoba untuk meyakinkan hal yang sebaliknya.
Dalam lingkungan yang dinamis, kekuatan karakter seorang pemimpin berasal dari kejelasan nilai-nilai dan etika, dan juga jelas tentang tujuannya, dan apa hasil-hasil yang ingin dicapainya.