“Courage” Penting Bagi Kepemimpinan

Courage Penting Bagi Kepemimpinan

Courage adalah unsur yang penting untuk kepemimpinan yang efektif. Konteks dan waktu dapat berubah, tetapi karakteristik utama kepemimpinan (yang mana courage adalah sentral) tetap bertahan.

Sulit untuk menyatakan bahwa sifat-sifat lain seperti integritas, honesty, altruisme, keterampilan komunikasi dan ketegasan bukanlah kualitas dari seorang pemimpin yang baik. Tetapi para pemimpin tidak dapat menunjukkan sifat-sifat ini jika mereka tidak memiliki courage (Voyer, 2011).

Pemimpin membutuhkan courage dalam berbagai situasi.

Untuk menghadapi masalah yang sulit dan berinovasi.

Pemimpin harus membuat banyak keputusan setiap hari, dan keputusan ini sering melibatkan situasi yang sulit dan berisiko. Sangat mudah untuk tidak berdaya dalam situasi seperti itu dan menghindari membuat keputusan, namun para pemimpin dengan courage memulai dan melaksanakan keputusan mereka.

Untuk menggunakan suara mereka dan bertindak berdasarkan conviction mereka meskipun ada konflik dan tekanan sosial/organisasi.

Pemimpin dapat menunjukkan courage melalui tindakan dan/atau menggunakan suara mereka untuk kebaikan yang lebih besar.

Mereka biasanya menunjukkan courage dengan: menolak penyesuaian yang tidak konstruktif, mengambil tanggung jawab terlepas dari peran atau harapan, atau menantang otoritas karena perselisihan tentang masalah-masalah prinsip.

Untuk berkembang dan menjadi tangguh (resilience).

Courage adalah jantung dari pengembangan pribadi. Pemimpin tumbuh ketika mereka menghadapi keterbatasan pribadi mereka dan mengambil risiko untuk mengubah keyakinan atau kebiasaan lama dan mengembangkan kompetensinya yang akan membantu mereka menjadi lebih efektif, terutama ketika mereka mengambil tanggung jawab kepemimpinan yang lebih besar dan tugas yang lebih menantang.

Pemimpin juga membutuhkan courage untuk tetap tangguh dalam menghadapi kesulitan.

Faktor personal yang mempengaruhi tampilan courage.

Orang lebih cenderung bertindak dengan courage ketika:

Ada alasan kuat bagi mereka untuk melakukannya.

Pemimpin yang menghargai melayani orang lain dan melayani organisasi lebih cenderung bertindak dengan courage demi kebaikan orang lain atau organisasi. Orang-orang yang menemukan makna dalam pekerjaan mereka lebih mungkin bertindak dengan courage untuk membuat keputusan sosial-moral dalam situasi yang berhubungan dengan pekerjaan.

Mereka percaya bahwa mereka mampu menerapkan tindakan yang diusulkan, dan tindakan mereka akan membawa hasil yang diinginkan.

Pengalaman sukses ketika bertindak dengan courage dapat mendorong courage lebih lanjut. Disisi lain, orang-orang terhalang untuk bertindak dengan courage jika mereka merasa bahwa tidak ada yang akan diubah oleh tindakan mereka, dan persepsi ini mungkin dipengaruhi oleh pengalaman mereka sebelumnya atau pengalaman orang-orang di sekitar mereka.

Organisasi dengan struktur pendukung yang memberi pegawai rasa aman dan rasa tanggung jawab bersama dalam mengatasi masalah, lebih mungkin mendorong perilaku courage.

Mereka percaya bahwa mereka adalah orang yang berani atau harus berani.

Orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka memiliki courage dan yang menganggap memiliki peran dalam menjaga kesejahteraan organisasi dan orang lain lebih mungkin bertindak dengan courage untuk kebaikan yang lebih besar, sehingga tindakan mereka akan selaras dengan identitas mereka.

Faktor eksternal yang mempengaruhi tampilan courage.

Orang lebih cenderung bertindak dengan courage ketika:

Ini konsisten dengan norma sosial dan budaya organisasi.

Jika perilaku courage merupakan norma dalam organisasi, individu dapat didorong untuk bertindak dengan courage. Disisi lain, organisasi yang sangat kompetitif dapat menyebabkan pegawai mengalami tekanan besar untuk melakukan apapun yang mereka bisa untuk berhasil, sehingga fokus pada egoisme dan tujuan individu daripada kebaikan bersama.

Ini dipicu oleh konteks situasional atau tugas.

Paparan terhadap situasi tertentu, seperti situasi yang mendukung courage, dapat memicu courage. Courage juga dapat dipicu oleh tugas atau konteks.

Dampak positif dari courage.

Courage itu menular dan mengarah ke siklus yang baik.

Pada individu.

Bertindak dengan courage membangun keaslian seseorang karena bertindak sesuai dengan nilai dan komitmennya, dan ini membuka kemungkinan untuk menjadi siapa dan mengembangkan makna dalam hidupnya.

Orang-orang yang telah bertindak dengan courage sering melaporkan perasaan positif karena mereka berhasil mengatasi ketegangan yang terjadi ketika nilai-nilai atau identitas diri dan sosial mereka terancam.

Bertindak dengan courage juga memperkuat rasa percaya diri seseorang, membangun rasa pencapaian, kemampuan untuk membuat pilihan sendiri dan bertindak independen, yang semuanya mendorong courage lebih lanjut.

Orang yang bertindak dengan courage sering dipandang dengan kekaguman dan rasa hormat.

Pada orang lain.

Suatu tindakan courage dapat menginspirasi bawahan, rekan, atau orang lain untuk menampilkan courage karena sebagai role model positif.

Pada organisasi.

Suatu tindakan courage dapat memicu perubahan organisasi. Pemimpin yang memiliki courage memfasilitasi saran yang berorientasi pada perubahan dengan membentuk iklim bagi para pegawai untuk berani berbicara.

Dampak negatif dari kurangnya courage.

Kurangnya perilaku courage bisa mengarah pada lingkaran setan.

Pada individu.

Para pemimpin yang menunjukkan kurangnya courage, ada dampak negatif pada diri mereka sendiri, seperti merasa malu, menyesal, sedih, atau frustrasi, dan mungkin menjadi kurang berani bertindak di masa depan.

Pada orang lain.

Orang yang menyaksikan kurangnya courage pada pemimpinnya akan merasakan kebencian dan frustrasi, dan mungkin juga ragu-ragu untuk bertindak dengan courage.

Pada organisasi.

Ketika seorang pemimpin gagal untuk menghadapi perilaku yang tidak etis, karena kurangnya courage mereka dapat menumbuhkan iklim negatif dan membuat kesalahan lebih lanjut dalam organisasi.

Mengembangan perilaku courage pemimpin.

Klarifikasi nilai-nilai (values) dan identitas.

Langkah pertama untuk mengembangkan courage adalah mengklarifikasi apa nilai dan misi pribadi Anda, dan bagaimana pekerjaan Anda selaras dengan ini.

Pelatihan dan praktek.

Pelatihan dan praktik mengembangkan kompetensi, akan membuatnya lebih mungkin bagi seorang individu untuk bertindak dengan courage karena ia merasa memiliki kompetensi untuk melakukan tindakan dan mewujudkan hasil yang diinginkan.

Dorongan diri.

Dorongan diri dapat memacu courage ketika seseorang berfokus pada tujuan yang diinginkan dan berpikir tentang kemuliaan dan kebermaknaannya, dan menghindari pikiran negatif.

Belajar dari/melalui orang lain.

Pemimpin dapat belajar melalui pengalaman dari “role model” yang relevan.

Mengembangkan lingkungan organisasi yang mendorong courage.

Berikan alasan kuat bagi para pemimpin untuk menjadi courage.

Komitmen pada organisasi mendorong perilaku courage, untuk membangun komitmen ini organisasi harus terlebih dahulu memastikan bahwa setiap pegawai memiliki pemahaman yang jelas tentang misi, visi, dan nilai-nilai organisasi.

Bagi para pemimpin, pemahaman yang jelas tentang filosofi kepemimpinan dan nilai-nilai organisasi dapat membantu menyoroti pentingnya courage dalam kepemimpinan dan mendorong kepatuhan terhadap nilai-nilai ini.

Kembangkan norma-norma sosial dan budaya organisasi yang mendukung dan memancing perilaku courage.

Ketika orang bertindak dengan courage, seringkali karena manfaat melakukan hal yang benar lebih besar daripada biaya untuk tidak melakukannya, bahkan ketika risiko diperhitungkan.

Budaya keterbukaan dan perbedaan pendapat yang konstruktif mendorong perilaku courage.

Courage juga dapat didorong ketika sebuah organisasi memberikan penghargaan atau sistem pengakuan lain untuk tindakan courage.

Organisasi dapat membuat courage lebih menonjol bagi semua pegawainya dengan memberikan narasi tentang role model yang memiliki courage.

Keranjang Belanja