Strategi Intervensi Melalui Coaching, Mentoring & Counseling (CMC)

Strategi Intervensi Melalui Coaching, Mentoring & Counseling (CMC) Untuk Mencapai Kinerja Tinggi

Setiap organisasi secara umum di awal tahun sudah menetapkan kinerja yang harus dicapai melalui para pegawainya dari struktur puncak sampai bawah. Dan tentunya organisasi berharap target kinerja yang telah ditetapkan akan membuahkan hasil di akhir tahun seperti yang diharapkan atau bahkan melebihi harapan. Sayangnya seringkali harapan tinggal harapan, target kinerja yang telah ditetapkan tidak tercapai. Mengapa hal ini terjadi?

Banyak faktor yang bisa menyebabkan kegagalan dalam mencapai target kinerja. Salah satu faktor utama adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Setiap pegawai yang ada dalam suatu organisasi memiliki peran dalam pencapaian target kinerja organisasinya melalui target kinerja dari masing-masing individu pegawai. Setiap pegawai dalam upaya untuk mencapai target kinerja membutuhkan dukungan terutama dari atasan langsung. INGAT, pencapai kinerja atasan juga ditentukan oleh pencapaian kinerja para bawahannya. Sayangnya banyak atasan yang membiarkan bawahannya untuk berusaha sendiri dalam upaya memenuhi target kinerjanya. Namun disisi lain atasan berharap saat evaluasi akhir tahun semua bawahannya mendapat nilai A, bahkan kalau bisa A++.

Ibarat seorang dosen yang mengharapkan saat ujian akhir semua mahasiswanya mendapat nila A atau bahkan A++, sudah tentu dosen tersebut akan memberikan upaya lebih dalam proses pembelajaran kepada mahasiswanya. Dan ini tentunya dilakukan terus menerus dari mulai awal pembelajaran sampai saat ujian akhir.

Apa yang telah dilakukan para atasan yang juga berharap bawahannya mendapat nilai A atau bahkan A++ mulai dari penetapan target kinerja sampai ke waktu evaluasi pencapaian kinerja para bawahannya? Strategi intervensi terhadap bawahannya melalui Coaching, Mentoring dan Counseling (CMC) secara terus menerus sangat diperlukan dalam upaya untuk mencapai target kinerja yang tinggi.

Kapan seorang atasan akan berperan sebagai Coach, Mentor dan Counselor?

Sudah tentu seorang atasan harus memahami dulu akar masalah kinerja dari bawahannya. Apakah akar masalah kinerja terkait dengan perilaku (soft competency), kemampuan teknis (hard competency) atau personality?

Apabila akar masalah kinerja lebih cenderung terkait Soft Competency, maka Coaching akan lebih tepat untuk digunakan. Atasan akan berperan sebagai Coach yang akan memberikan dorongan dan semangat kepada bawahannya yang berperan sebagai Coachee untuk meningkatkan Soft Competency-nya sesuai dengan standar kompetensi perilaku pada posisinya.

Apabila akar masalah kinerja lebih cenderung terkait Hard Competency, maka Mentoring akan lebih tepat untuk digunakan. Atasan akan berperan sebagai Mentor yang akan membagikan/mengajarkan keahlian yang dimilikinya kepada bawahannya yang berperan sebagai Mentee untuk meningkatkan Hard Competency-nya sesuai dengan standar kompetensi teknis pada posisinya.

Apabila akar masalah kinerja lebih cenderung terkait Personality, maka Counseling akan lebih tepat untuk digunakan. Atasan akan berperan sebagai Counselor yang akan mendengarkan kegelisahan bawahan terkait masalah – masalah pribadi yang sedang dihadapinya.

Coaching, mengacu dari “mengajukan pertanyaan” yang kuat untuk membawa Coachee pada perjalanan dari mana dia untuk menuju kemana dia “ingin menjadi”. Coaching fokus pada menerima dukungan terstruktur untuk Coachee menemukan sendiri solusi masalahnya. Konteks Coaching adalah pada kerja dan pekerjaan individu. Coaching berorientasi pada “probing”. Keberhasilan Coaching sangat tergantung kepada keterampilan Coach dan motivasi Coachee.

Mentoring, bekerja pada “memberi tahu” Mentee apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan “masa depan”. Fokus Mentoring adalah memberi dan menerima pengarahan. Konteksnya adalah pengembangan pribadi untuk karir masa depan. Orintasi mentoring adalah aplikasi langsung. Keberhasilan Mentoring tergantung kepada pengalaman dan pengetahuan Mentor, serta kemauan untuk berbagi.

Counseling, menarik “dari masa lalu” dan “mengajukan pertanyaan-pertanyaan” untuk menghubungkan / menjawab sebab dan akibat. Fokus Counseling adalah kesehatan psikologis. Konteksnya adalah pemahaman diri sendiri untuk mengadopsi praktek-praktek kehidupan yang lebih konstruktif. Orientasi Counseling adalah dengan diskusi. Keberhasilan Counseling tergantung pengalaman dan terlatihannya Counselor.

Kunci keberhasilan dalam Coaching, Mentoring & Counseling (CMC) adalah dalam penerapannya dapat dibuat familiar dan bermanfaat dalam konteks praktis.

Keranjang Belanja